WALI PAIDI (Eps: 10)

WALI PAIDI ( Eps: 10 )

Sehabis dari acara peresmian toko mas kiai mursyid, wali paidi pamit pulang, sebenarnya uang wali paidi ini sudah habis sama sekali dikasihkan kepada tamu-tamu mas kiai mursyid yg bersarug dan berpeci itu, sebagai uang kaget, kaget atas acara yg begitu menghebohkan. Mas kiai mursyid yg tahu kalau wali paidi ini kehabisan uang malah menggodanya, ketika wali paidi pamit padanya
“Kang... duwit sampeyan kan masih banyak, jadi aku wes gak usah nyangoni, ini garam aja sampeyan bawa…” ucap mas yai musyid.

"Hehehe… iya mas yai terimakasih…” ucap wali paidi.

Memang mulai mbah yai, abah yai sampai mas yai mursyid ini garam adalah cendera mata pondok beliau-beliau ini, garam “suwuk” ini bisa digunakan untuk apa saja, mengobati penyakit dhohir maupun bathin, dan masih banyak kegunaan lainnya tinggal niatnya apa bagi yg menggunakannya…
Adik mas kiai mursyid menawarkan untuk mengantar wali paidi ke terminal tapi wali tidak mau.

“Saya jalan kaki saja sambil jalan-jalan menikmati pemandangan..” ucap wali paidi kepada adik mas kiai mursyid.

Setelah bersalam salaman wali paidi pamit dan meneruskan berjalan ke arah terminal, dzikir selalu menyertai setiap langkah wali paidi ini, ketika wali paidi melintasi jalan di pinggir alun-alun ada segerombolan pemuda yg
mengawasi wali paidi, dgn tersenyum wali paidi meneruskan langkahnya, wali paidi sebenarnya sudah tahu kalau sebentar lagi dia akan dicegat dan di palak dimintai duwit oleh mereka, ini yg jadi ganjalan hati wali paidi, karena dia sudah gak punya uang sama sekali, dia akan malu sekali karena tidak bisa memberi kpd orang yg meminta.

“Kasihan mereka kalau sampai tidak mendapatkan uang dariku” bathin wali paidi.

Wali paidi berusaha menghidar karena malu, dia menyebrang jalan berusaha menghindari mereka tapi gerombolan pemuda ini mengikutinya dan satu orang maju kedepan mencegat wali paidi.

“Duwit... serahkan duwitmu.. ayo cepat…” ucap pemuda itu yg rupanya pimpinan gerombolan ini.

Wali paidi dengan tersenyum membuka kaca mata hitamnya dan melihat satu persatu para pemuda gerombolan ini, di kaos pimpinan gerombolan ini ada symbol hati yg bersinar yg bertuliskan “SH”, mereka yg melihat wali paidi yg begitu tenang jadi keder, dan mereka heran melihat ketenangan dan tampak tidak ada ketakutan sama sekali diwajah wali paidi.

“Mohon maaf yg sebesar- besarnya, aku tidak punya uang sama sekali, maaf aku membuat kalian kecewa, uangku sudah habis kukasihkan kepada orang lain“ ucap wali paidi kepada ketua gerombolan ini.

Ketua gerombolan ini hatinya jadi bergetar ketika melihat tatapan mata wali paidi yg begitu teduh, hati pemuda ini jadi damai, dan tanpa disadari mata pemuda ini mulai berkaca-kaca, pemuda ini mulai teringat dgn dosa-dosanya selama ini, pemuda ini juga tidak tahu mengapa hatinya begitu trenyuh dan teringat dgn masa lalunya teringat dengan pesan- pesan gurunya dahulu.

Kawanan gerombolan ini juga ikut terdiam melihat pimpinan mereka diam tak bergerak sama sekali, mereka jadi heran, biasanya mas gohell (yg nama aslinya sholeh) ini kalau ada orang dimintai duwit tapi tidak memberi langsung dipukulinya sampai kelenger tapi sekarang tidak bergerak menghadapi pemuda ini.

“Saya tidak bisa memberi apa- apa, ini ada garam kalau sampeyan mau, katanya ibu sampeyan sekarang sakit…” ucap wali paidi kepada pimpinan gerombolan ini yg ternyata bernama gohell.

Pemuda yg bernama gohell ini jadi heran setengah mati, pemuda distro ini (wali paidi) kok bisa tahu kalau sekarang ibunya lagi sakit dan sudah berhari – hari ini hatinya galau memikirkan penyakit ibunya yg gak sembuh-sembuh, hatinya begitu trenyuh dgn perhatian wali paidi terhadap ibunya, karena selama ini semua orang dikampungnya tidak ada yg perduli dgn keluarganya mereka hanya mencibir tidak pernah memperhatikan keluarganya.
Tanpa bisa ditahan pemuda ini terduduk dihadapan wali paidi dan menangis tersedu-sedu.

Anak buah gohell yg berjumlah tujuh orang ini lebih heran lagi melihat pemimpin mereka terduduk dan menangis tersedu-sedu dihadapan wali paidi, tanpa dikomando mereka mendekati pimpinan mereka dan membuat pagar betis melingkari wali paidi dan gohell, mereka berdiri melingkar menutupi mereka supaya orang – orang tidak tahu kalau pimpinan mereka menangis, mereka malu kalau orang-orang melihat pimpinan mereka menangis, masak pimpinan preman kok nangis…(he..he..he..) 
Wali paidi menepuk nepuk pundak gohell, dan menariknya untuk berdiri lalu berkata : 
“udah mas, aku sama sampeyan ini masih saudara jadi gak usah sungkan…” 

Gohell berdiri dan mengusap airmatanya, kemudian merangkul wali paidi 
“makasih…mas…” ucap gohell kpd wali paidi.

Mereka lalu bersalaman di ikuti seluruh anak buah gohell juga bersalaman kepada wali paidi. Suasana menjadi cair kembali, tidak lama kemudian suasana jadi akrab, seakan wali paidi dan gerombolan gohell ini adalah teman yg sudah lama kenal, karena wali paidi ini pintar mengeluarkan joke-joke segar yg membuat gohell dan anak buahnya tertawa terpingkal-pingkal.

“ayo ngopi dulu mas….” Ajak gohell kpd wali paidi.

“monggo…..” jawab wali paidi.

Mereka berdua dan seluruh anak buah gohell menuju kewarung di pinggir jalan, 
setelah mengambil tempat duduk mereka memesan kopi, anak buah gohell menunggu di luar warung.

“mas kalo bisa sampeyan berhenti malak orang, kasihan gurumu mas…” ucap wali paidi.

“iya mas, saya akan berusaha mencari kerja yg bener, do’akan aja…” sahut gohell.

“jangan sampai perguruan sampeyan Setia Hati ( SH ) itu menjadi singkatan dari perguruan Sakit Hati, gunakan kepandaian silatmu itu sebagai senam untuk kesehatan itu yg cocok untuk jaman sekarang ini beda dg jaman ketika orang islam masih punya musuh dulu, jangan belajar silat untuk mencari kesaktian atau untuk perisai diri, karena perisai diri yg lansung dari Allah adalah shodaqoh, belajarlah silat hanya untuk kesehatan, maka kamu tidak akan mencari musuh atau dicari musuh…” kata wali paidi.

Sambil nyeruput kopinya wali paidi berkata lagi kepada gohell 
“kalo belajar silat untuk mencari kesaktian atau kekuatan jadinya ya seperti ini, sesama saudara seperguruan tawur, tidak rela melihat perguruan lain unjuk kekuatan, seperti kemarin terjadi penyerbuan terhadap konvoi perguruan kera sakti yg diduga dilakukan oleh perguruan Setia Hati…” 

“iya mas, memang aku dulu belajar ilmu silat untuk mencari kesatian / kekuatan , setelah lulus aku bingung gimana cara melihat kalau aku ini sudah kuat, akhirnya aku mencari gara-gara supaya punya musuh dan keterusan sampai jadi seperti sekarang ini..” ucap gohell sambil menunduk.

Setelah ngobrol-ngobrol yg cukup lama gohell ini akhirnya terbuka hatinya, mengerti tentang apa arti hidup ini, mengerti manusia itu tinggal menjalankan peran dari Allah, mengerti akan dirinya berperan sebagai apa dan menjalankan sebaik-baiknya peran trsebut, ada yg berperan sebagai ulama, guru, pedagang, petani dll, hanya ketaqwaan kepada Allah yg dinilai dari menjalankan peran tersebut.
“trus sampeyan sekarang mau kemana“ Tanya gohell kepada wali paidi.

“mau ke terminal“ jawab wali paidi singkat.

“hehehe..maksudku tujuan sampeyan dari terminal“ Tanya gohell lagi.

“mau sowan kepada salah satu guruku…” jawab wali paidi.

“kalau begitu mari saya antar“ gohell menawari wali paidi.

“baiklah, ayo…” ucap wali paidi.

Gohell mendekati pemilik warung dan menanyakan habis berapa semuanya, pemilik warung terdiam merasa heran dengan sikap gohell, karena biasanya gohell ini kalau makan minum di warungnya tidak pernah bayar, pemilik warung tersebut sangat gembira dgn perubahan sikap gohell ini.

“udah gak usah bayar mas, anggap saja ini sebagai selamatan buat mas, selamatan kalau sampeyan telah terlahir kembali, mudah-mudahan tobat sampeyan ini sebagai taubatan nasuha..” ucap pemilik warung kepada gohell.

Setelah mengucapkan terimakasih gohell mengantarkan wali paidi ke terminal, dalam perjalanan gohell menanyakan perihal tentang orang-orang sholeh yg diketahu wali paidi, wali paidi menceritakan dg singkat perihal mereka, tentang sifat dan kelebihan para orang-orang sholeh tersebut, tidak begitu lama akhirnya mereka sampai keterminal, Gohell memanggil salah satu anak buahnya dan membisikkan sesuatu kepadanya, lalu anak buahnya itu pergi.

“jangan berangkat dulu mas, tunggu sebentar” kata gohell kpd wali paidi.

Tidak begitu lama anak buah gohell itu datang sambil menyerahkan sesuatu kpd gohell, lalu gohell mendekati wali paidi dan menyerahkan sesuatu tsb kepada wali paidi.

“ini mas tolong jangan ditolak“ ucap gohell kpd wali paidi.

Ternyata sesuatu tersebut didalamnya ada uang ribuan yg sebagian sudah kumal, dan ada 2 atau 3 uang lima ribuan, wali paidi terkejut ketika menerima uang dari gohell tersebut.

“jangan kuatir mas, itu bukan uang haram, itu uang sumbangan dari teman-teman, dan saya minta dgn sangat jangan ditolak“ jelas gohell kpd wali paidi.

Wali paidi menerima pemberian gohell tersebut, setelah bersalaman wali paidi naik keatas bus, masih banyak bangku kosong, wali paidi mencari tempat yg enak buat duduk, akhirnya wali paidi memilih tempat ditengah, setelah bus baru berjalan tampak pedagang rokok naik ke atas bus menjajakan dagangannya, ketika wali paidi hendak memanggilnya si pedagang tersebut sudah menghampiri wali paidi dan menyerahkan sebungkus rokok Dji Sam Soe dan berkata:
“ini pemberian dari mas gohell sebagai rasa terimakasih.” 

Begitu juga dengan pedagang- pedagang yg lain, di dalam perjalanan mereka semua mengasihkan satu barang dagangannya kepada wali paidi atas nama gohell, mulai penjual minuman sampai penjual kacang, bahkan penjual bollpoint dua ribu dapat 3 juga menyerahkan bollpointnya atas nama dan rasa terimakasih gohell kpd wali paidi, ketika wali paidi mau membayar karcis bus, pak kondektur juga membebaskan wali paidi atas nama gohell juga, wali paidi hanya geleng-geleng kepala,
“gendeng, sholeh ini…..” bathin wali paidi tersenyum sambil teringat wajah gohell 
sekitar dua jam perjalanan, wali paidi akhirnya sampai disebuah kota yg dulunya adalah sebuah wilayah kerajaan majapahit, wali paidi turun sambil membawa satu kresek besar yg berisi minuman dan makanan ringan pemberian dari pedgang-pedagang asongan diatas bus, baru melangkah turun dari bus wali paidi lansung dihampiri seorang gila yang berambut gimbal, orang gila tersebut lansung menarik – narik tas kresek wali paidi.

“di..paidi…sini minuman dan makanan ini punyaku..” ucap orang gila tsb, lalu ngeloyor pergi.

Wali paidi membiarkan saja tas kreseknya direbut, dan dia hanya terus mengikuti orang gila tsb karena dia penasaran, orang gila ini kok tahu namanya….

Terlihat di sudut terminal orang gila ini tertawa-tawa menikmati makanan dan minuman hasil rampasannya, wali paidi berjalan perlahan mendekati orang gila tsb, dan kira-kira setelah jarak wali paidi dan orang gila itu berjarak 10 meteran orang gila tsb berkata dg masih makan dan minum.

“gak usah heran di, orang yg dekat dg tuhannya apa yg tidak diketahui di muka bumi ini, yg diketahui gunti Allah juga diketahui oleh para kekasihnya, apalagi namamu terkenal dilangit sana, namamu seringkali muncul karena seringnya kamu usul ke gusti Allah..”

Dg masih memegang minuman sprite kaleng orang gila tsb berkata lagi 
"para malaikat sering berkata, gusti wali paidi usul begini, gusti wali paidi minta begini, hampir semua malaikat mengenalmu , karena seringnya kamu minta dan usul ke gusti Allah….seharusnya kamu malu di, minta-minta terus seperti pengemis….hehehe"

Wali paidi terdiam, seperti ditelanjangi, wali paidi menghampiri orang gila tersebut dan mencium tangannya, ketika wali paidi memegang tangannya, wali paidi kaget karena tangan orang gila ini bagaikan tidak ada tulangnya terasa halus, begitu lembut dan berbau sangat wangi, ketika wali paidi mau menanyakan namanya, orang gila ini mendahului berkata :
“kamu gak usah tahu namaku, udah sana… kamu pergi sowan ke kyaimu sana, nanti kita bertemu disana, dan kalau kamu melihat kyaimu sedang ada tamu agung kamu sebaiknya lansung pamit aja…” 

Wali paidi cuma mengangguk terdiam , setelah mengucapkan salam wali paidi pergi dari situ dan berangkat untuk sowan ke kyainya, wali paidi melanjutkan perjalanan dg naik becak, setelah sampai wali paidi lansung menuju ke ruang tamu, disana dia disambut salah satu santri kyai yg selalu standbay melayani tamu – tamu, belum lama duduk, ada dua tamu yg juga mau sowan ke kyai, mereka berdua duduk disamping wali paidi, tidak seperti biasanya kyai kali ini tidak lansung menemui mereka bertiga, wali paidi dan kedua tamu menunggu sekitar satu jam lebih baru kyai keluar, wali paidi dan kedua tamu lansung bersalaman dg kyai, mereka bertiga mencium tangan kyai dgn penuh ta’dzim, yg sangat berbeda sikap wali paidi terhadap kyai ini, wali paidi tampak sangat ta’dzim berhadapan dg kyai, wali paidi hanya bisa menunduk, dan tampak butiran-butiran air mata mulai membasahi pipi wali paidi, setelah kyai baru saja duduk, wali paidi maju bersalaman lagi dan mohon pamit, kyai hanya tersenyum dan merestui wali paidi,

“iya di, salam aja ke dulur-dulur semua“ ucap kyai.

“inggih kyai…” jawab wali paidi dgn masih menunduk.
Kedua tamu ini heran melihat sikap wali paidi, mereka menunggu begitu lama tapi setelah kyai keluar, wali paidi kok lansung mohon pamit.
Satu diantara dua tamu ini penasaran dan menanyakan hal tersebut kepada kyai,

“kyai, mas tadi itu menunggu panjenengan dg kami begitu lama, tapi setelah kyai datang, mas tadi lansung mohon pamit ada apa gerangan kyai.” Tanya tamu.

“hmm…..gimana yah, kamu lansung aja ke orangnya dan tanyakan hal itu, dia belum pergi jauh, sekarang dia masih duduk-duduk dipagar jembatan“ jawab kyai.

Setelah mohon ijin dan keluar sebentar tamu tadi mencari wali paidi, dan benar apa yg dikatakan kyai, wali paidi masih duduk di pinggir jembatan.

“ assalamu’alaikum…” ucap tamu ini kepada wali paidi.

“ wa alaikum salam…” jawab wali paidi.

“ maaf mas, saya penasaran dg sikap sampeyan tadi, kok lansung mohon pamit ketika baru ketemu kyai…” Tanya tamu dg penasaran.

“ hmm, gimana tidak lansung mohon pamit kang, wong di samping kanan kyai ada baginda rosul dan disamping kiri kyai ada nabiyullah khidir, apa yg mau saya omongkan kalau mereka berdua hadir di samping kanan dan kiri kyai…..” jawab wali paidi dg mata yg berkaca - kaca.

“oh……..” ganti si tamu jadi heran dan melongo.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "WALI PAIDI (Eps: 10)"

Posting Komentar